Sejarah Desa
Menurut cerita rakyat yang melegenda sampai sekarang, proses terbentuknya Desa Bulupayung yakni, berawal dari seseorang yang melakukan perjalanan menyusuri Sungai Serayu, rakyat sering menyebutnya dengan nama Santri Undik. Ia merupakan seorang santri yang melakukan perjalanan dalam rangka penyebaran agama Islam.
Dalam menyebarkan agama Islam, Santri Undik menyusuri Sungai Serayu dengan mengendarai Gethek (perahu rakit dari bambu) sebagai media transportasinya. Karena waktu menjelang shalat Ashar, dia berniat untuk menunaikan ibadah shalat Ashar dan menambatkan gethek ditepian sungai Serayu untuk beristirahat.
Bekal dan perlengkapan dalam perjalanan yang dibawa, dia taruh di bawah sebuah pohon bulu yakni, pohon yang daunnya rindang seperti pohon daun amplas yang tumbuh subur ditepian sungai Serayu pada saat itu.
Setelah menunaikan shalat Ashar, Santri Undik memutuskan meninggalkan getheknya dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju ke arah barat, dan menjelang waktu Maghrib dia beristirahat untuk melaksanakan sholat didaerah yang sekarang bernama Desa Pesanggrahan (Pesanggrahan berarti tempat beristirahat). Pada saat itulah dia kemudian teringat bekal perjalanannya tertinggal di bawah pohon Bulu yaitu sebuah “Payung” yang digunakan saat berteduh dari sengatan sinar Matahari dan hujan dalam perjalanan menyusuri Sungai Serayu.
Santri Undik memutuskan untuk kembali mengambil “Payung” yang diletakan di bawah pohon bulu, namun sesampainya di sana, Santri Undik mendapati bahwa ternyata payung yang dibawa sudah menyatu dengan akar pohon bulu, dan mulai saat itulah Santri Undik menamai daerah tersebut dengan nama BULUPAYUNG.
Sejarah Desa
Belum jelas kapan dengan pasti terbentuknya Desa Bulupayung, namun kita bisa mulai dari kajian yang dilakukan Susanto Zuhdi (2002) dalam bukunya Cilacap 1830-1942: Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa. Dalam bukunya Susanto Zuhdi menerangkan bahwa pada awalnya wilayah Cilacap merupakan daerah yang terpencil dan merupakan tempat pembuangan para tahanan, akan tetapi kemudian VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagni) melihat potensi dari Cilacap setelah beberapa kapal dagang mereka tersesat di Pantai Selatan Jawa. Seperti mendapatkan kesempatan emas, VOC meminta Cilacap kepada Susuhunan Amangkurat II sebagai imbalan telah membantu perang melawan Trunajaya, tetapi hasrat tersebut belum dapat terwujud sampai berakhirnya VOC pada akhir tahun 1799. Baru pada masa Hindia Belanda tepatnya tahun 1930, Cilacap secara resmi menjadi milik Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, sehingga kemudian proses pembangunan di Cilacap dilakukan. Cilacap berubah dari sebuah daerah yang terpencil menjadi pelabuhan satu-satunya di Pantai Selatan Jawa dan merupakan pelabuhan terpenting setelah Surabaya.
Pembangunan Cilacap pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda tentunya mempunyai pengaruh pada daerah-daerah disekitarnya termasuk Desa Bulupayung yang jaraknya cukup dekat dengan pusat Kota Cilacap. Hal ini bisa dilihat dari arsip Desa Bulupayung, dimana dalam catatan tersebut Desa Bulupayung merupakan penggabungan dua desa dan masa pemerintahannya dimulai pada tahun 1907, hamper 70 tahun setelah Cilacap menjadi bagian dari Hindia Belanda. Berikut nama-nama Lurah/ Kepala Desa Bulupayung dan masa menjabatnya :
- Sebelum Penggabungan
- Desa Tingkas
- Singa Prana (1848-1877)
- Krama Dipa (1877-1907)
- Desa Bulupayung
- Candinala (1848-1870)
- Dipa Tirta (1870-1907)
- Setelah Penggabungan
- Tirta Diwirya (1907-1942)
- Kadir (1942-1945)
- Dipo Soemarto (1945-1988)
- Sudjito (1988-1998)
- Sutaryo (1998-2007)
- Ahmad Badari (2007-2013)
- Salamun (2013-2019)
- Ahmad Badari (2019-2025)
Jejak-jejak pembangunan desa mulai bisa dilihat dan diketahui pada masa kepemimpinan Dipo Soemarto memimpin Desa Bulupayung mulai tahun 1945 sampai dengan 1988 Pada masa kepemimpinan Beliau beberapa hal dapat dibangun, dan yang paling mencolok adalah :
- Pembangunan 4 (Empat) buah gedung SD
- Pembangunan Balai Desa dan Kantor Desa
- Pembangunan Jalan Desa
- Pertanian
Pada tahun 1988, kepemimpinan Dipo Soemarto diganti oleh Sudjito yang menjadi Kepala Desa melalui pemilihan Kepala Desa Bulupayung memimpin selama 1 periode kepemimpinan, mulai tahun 1988 sampai dengan tahun 1998 Pada masa kepemimpinan Sudjito, pembangunan yang mencolok adalah :
- Pembangunan Irigasi
- Listrik Masuk Desa
- Pertanian
Pada tahun 1998, kepemimpinan Sudjito diganti oleh Sutaryo yang menjadi Kepala Desa melalui pemilihan Kepala Desa Bulupayung memimpin selama 1 periode kepemimpinan, mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2007 Pada masa kepemimpinan Sutaryo, pembangunan yang mencolok adalah :
- Pengaspalan Jalan Desa
- Pembangunan Gedung TK dan PAUD
- Pembangunan Jalan SD 03
- Pembangunan Kios Desa
- Pertanian
Pada tahun 2007, kepemimpinan Sutaryo diganti oleh Ahmad Badari yang menjadi Kepala Desa melalui pemilihan Kepala Desa Bulupayung memimpin selama 1 periode kepemimpinan, mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 Pada masa kepemimpinan Ahmad Badari, pembangunan yang mencolok adalah :
- Pembangunan/ Rehab Balai Desa
- Pengaspalan Jalan Desa
- PDAM masuk Desa
- Talud Kali Pakuran
- Pagar Balai Desa
- Paving Balai Desa
Setelah Ahmad Badari, kepemimpinan selanjutnya diteruskan oleh Salamun menjadi Kepala Desa Bulupayung juga melalui pemilihan Kepala Desa Bulupayung. Mulai kepemimpinan Salamun, pembangunan semakin cepat karena mulai diterapkannya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mengakibatkan semakin banyaknya dana yang dikelola oleh desa untuk pembangunan desa. semangat dan partisipasi masyarakat yang begitu tinggi didukung oleh sifat gotong royong yang masih kuat dalam kehidupan masyarakat. Pada masa ini, pembangunan dilakukan melalui berbagai macam sumber pendanaan, mulai dari swadaya masyarakat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), Alokasi Dana Desa (ADD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten, dan sebagainya. Pada masa kepemimpinan Salamun, pembangunan yang mencolok adalah:
- Bronjong Kali Pakuran
- Pengaspalan Jalan Desa
- Pembangunan Drainase
- Pembangunan Kantor Desa
- Penataan Arsip Desa
- Pembangunan Pompa Hidram
- Pembangunan Jitut
- Pembangunan Jalan Usaha Tani
Bapak Ahmad Badari memimpin Desa Bulupayung untuk yang ke-2 kalinya setelah terpilih pada pemilihan Kepala Desa Bulupayung pada tanggal 16 Februari 2019. Beliau di lantik pada tanggal 31 April 2019 oleh Bupati Cilacap untuk menjadi Kepala Desa Bulupayung dengan masa jabatan tahun 2019-2025. Besar harapan masyarakat Desa Bulupayung untuk periode ke-2 beliau menjabat, dapat membawa Desa Bulupayung semakin baik, maju, adil dan makmur.
Demikian sejarah pembangunan Desa Bulupayung hingga tahun 2019. Namun kegiatan pembangunan di atas belum termasuk kegiatan pembangunan yang dilakukan melalui swadaya murni masyarakat.
Silsilah Kepala Desa
SINGA PRANA
Kepala Desa (Tingkas) Periode
1848 – 1877
TIRTA DIWIRYA
Kepala Desa (Penggabungan) Periode
1907 – 1942
SUTARYO
Kepala Desa Periode
1998 – 2007
KRAMA DIPA
Kepala Desa (Tingkas) Periode
1877 – 1907
KADIR
Kepala Desa Periode
1942 – 1945
AHMAD BADARI
Kepala Desa Periode
2007 – 2013
CANDINALA
Kepala Desa (Bulupayung) Periode
1848 – 1870
DIPO SOEMARTO
Kepala Desa Periode
1945 – 1988
SALAMUN
Kepala Desa Periode
2013 – 2019
DIPA TIRTA
Kepala Desa (Bulupayung) Periode
1870 – 1907
SUDJITO
Kepala Desa Periode
1988 – 1998
AHMAD BADARI
Kepala Desa Periode
2019 – 2025